Laporan
Praktikum: Hari/tanggal : Rabu, 12 Oktober 2011
Biokimia
Umum Waktu : 08.00 – 11.00
PJP : dr.
Husnawati
Asisten : Bina Pertama Sari
Fahry Irawan
Shelly Rahmania
Asam Amino
Kelompok 15
Dian Eka Ramadhani C14100003
Agasthya Kuswandi C14100019
Euis Rakhmawati C14100047
Syaddam Husein F. C14100102
DEPARTEMEN
BIOKIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Pendahuluan
Protein adalah
polimer alami yang terdiri dari beberapa unit asam amino yang mempunyai ikatan
amida dan peptida. Di dalam protein terdiri atas asam amino α, asam karboksilat
dengan gugus amino pada atom karbon C α. Peptida dan protein merupakan polimer
kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus
karboksil.(Winarno, 2002)
Asam amino
dengan protein yang terdapat di alam umumnya merupakan asam amino dengan atom C
α yang mengikat 4 gugus yang berbeda (asimetris). Konfirmasi atom C α
asam amino penyusun protein termasuk L, sedangkan bentuk D secara alamiah
jarang dijumpai di alam seperti asam amino nonprotein pada senyawa antibiotika
yang dihasilkan oleh bakteri tanah. Berdasarkan bisa tidaknya asam amino
disintesis oleh tubuh manusia, maka asam amino dibedakan menjadi asam amino
esensial dan nonesensial.(Poedjiadi 1994)
Asam amino
esensial berjumlah 20 jenis, asam amino esensial bersifat asimetrik kecuali
glisin yang bersifat simetrik. Asam amino memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu
dapat larut dalam air, dapat membentuk kristal, dan nilai konstanta dielektrik
tinggi sehingga memiliki sifat amfoter atau dalam keadaan zwitter ion memiliki
muatan positif dan negatif yang seimbang.(Lehninger 1993)
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting
bagi tubuh karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta
sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adlaah polimer dari asam amino yang
dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-umsur C, H,
O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga
(Winarno, 1992).
Protein merupakan suatu polipeptida dengan BM yang sangat
bervariasi dari 5000 samapi lebih dari satu juta karena molekul protein yang
besar, protein sangat mudah mengalami perubahan fisis dan aktivitas
biologisnya. Banyak agensia yang menyebabkan perubahan sifat alamiah dari
protein seperti panas, asam, basa, solven organik, garam, logam berat, radiasi
sinar radioaktif (Sudarmadji, 1996).
Struktur asam amino digambarkan sebagai berikut:
H
H2N
C COOH
R (Lehninger,
1995).
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat
akan melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+,
seperti reaksi berikut:
Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam
larutan dapat membentuk ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif
atau disebut juga ion amfoter (zwitterion). Keadaan ion ini sangat tergantung
pada pH larutan. Apabila asam amino dalam air ditambah dengan basa, maka asam
amino akan terdapat dalam bentuk (I) karena konsentrasi ion OH- yang
tinggi mampu mengikat ion-ion H+ pada gugus –NH3+.
Sebaliknya bila ditambahkan asam ke dalam larutan asam amino, maka konsentrasi
ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion –COO-
sehingga terbentuk gugus –COOH sehingga asam amino akan terdapat dalam bentuk
(II) (Anna Poedjiadi, 1994).
Dalam suatu sistem elektroforesis yang memiliki
elektroda positif dan negatif, asam amino akan bergerak menuju elektroda yang
berlawanan dengan muatan asam amino yang terdapat dalam larutan. Apabila ion
asam amino tidak bergerak ke arah negatif maupun positif dalam suatu sistem elektroforesis maka pH
pada saat itu disebut pH isolistrik. Pada pH tersebut terdapat keseimbangan
antara bentuk-bentuk asam amino sebagai ion amfoter, anion dan kation (Anna
Poedjiadi, 1994).
Tujuan
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui gugus amino yang terkandung pada
larutan yang akan diuji. Pada uji milon untuk mengetahui ada tidaknya tirosin,
uji hopkins cole untuk mengetahui adanya triptofan, uji ninhidrin untuk menguji
adanya gugus karboksil dan gugus asam amino bebas, uji belerang untuk
mengetahui adanya sistein, uji xanthoproteat untuk mengetahui ada tidaknya inti
benzena dan uji biuret untuk mengetahui adanya gugus amino.
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, pipet
volumetrik, penangas air, penjepit dan gelas piala.
Bahan yang
digunakan adalah pereaksi Milon, Hopkins Cole, Ninhidrin, Belerang,
Xanthoproteat, dan Biuret. Larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton
2%, fenol 2%, NaOH 10%, Pb-Asetat 5%, NHO3 pekat , dan CuSO4 0,1%.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pukul 08.00 s.d 10.00 pada hari Rabu, 12 Oktober 2011 yang
dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia FMIPA IPB Darmaga,
Bogor.
Prosedur Percobaan
Praktikum ini
menggunakan 6 reaksi uji asam amino yaitu uji Milon, uji Hopkins Cole, uji
Ninhidrin, uji Belerang, uji Xanthoproteat, dan uji Biuret.
Uji Milon menggunakan pereaksi Milon yang kemudian ditambahkan ke dalam 3 ml pada
larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. Lalu
dipanaskan dan diamati. Uji Hopkins-Cole menggunakan 2 ml bahan yang akan diuji
dilarutkan dalam 2 ml pereaksi Hopkins-Cole ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 3
ml asam pekat melalui dinding tabung secara hati-hati,lalu dibiarkan hingga ter
bentuk cincin violet (ungu). Uji ini dilakukan pada larutan albumin 2%,kasein
2%, gelatin 2%, dan pepton 2%.
Uji Ninhidrin
menggunakan 0.5 larutan Ninhidrin 0.1% ke
dalam 3 ml larutan protein, kemudian dipanaskan dalam penangas air sampai mendidih
selama 10 menit. Uji ini dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%,
dan pepton 2%. Uji belerang menggunakan 2 ml larutan protein yang ditambahkan 5
ml NaOH 10%,didihkan selama beberapa menit. Kemudian menambahkan 2 tetes
larutan Pb-Asetat 5%, setelah itu dipanaskan kembali beberapa menit. Uji ini
dilakukan pada larutan albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2%.
Uji
Xanthoproteat menggunakan 2 ml larutan protein yang ditambahkan 1 ml HNO3
pekat,lalu dicampurkan dan dipanaskan selama 5 menit. Kemudian didinginkan dan
ditambahkan NaOH pekat sampai larutan menjadi basa dan terjadi
perubahan warna. Uji ini dilakukan pada larutan albumin 2%,kasein
2%, gelatin 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. Uji yang terakhir adalah Uji Biuret
yang menggunakan 3 ml larutan protein lalu ditambahkan ke dalam 1 ml NaOH 10 %
dan dikocok. Setelah itu ditambahkan 1 tetes larutan CuSO4 dan kocok kembali jika tidak timbul warna. Uji
ini dilakukan pada larutan albumin 2%,
kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2%.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Tabel
1 Hasil Pengamatan Uji Millon
Larutan
|
Hasil
|
Pengamatan
|
|
Albumin
2%
|
+
|
Jingga
Muda
|
|
Gelatin
2%
|
-
|
Jingga
Keruh
|
|
Kasein
2%
|
-
|
Hijau
Kecokelatan
|
|
Pepton
2%
|
-
|
Jingga
Keruh
|
|
Fenol
2%
|
-
|
Jingga
Muda
|
Ket: – : tidak mengandung gugus fenolik (tirosin
dan turunannya)
+
: mengandung gugus fenolik
|
|||
Gambar
1 Albumin,Gelatin, Kasein,Pepton, dan fenol
Percobaan kali
ini berbagai bentuk pengujian dilakukan untuk menguji secara spesifik berbagai
bentuk asam amino yang ada di beberapa bahan percobaan. Pada berbagai uji
kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein, semuanya mengacu
pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam
amino. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya,
sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu
protein.(Winarno 2002)
Percobaan
pertama yaitu uji millon. Setelah albumin, gelatin, kasein, pepton , dan fenol
direaksikan dengan menggunakan millon, didapatkan bahwa reaksi positif terhadap
pereaksi millon adalah Albumin,Gelatin, Pepton, dan Fenol. Pereaksi millon
digunakan untuk menguji ada atau tidaknya larutan protein mengandung garam
merkuri dan tirosin. Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai molekul fenol
pada gugus R-nya, yang akan membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon.
Dari hasil percobaan, diketahui bahwa protein Albumin,Gelatin,Pepton, dan fenol
mengandung Tirosin sebagai salah satu asam amino penyusunnya, sedangkan gelatin
dan pepton tidak.
Tabel
2 Hasil Pengamatan Uji Hopkins Cole
Larutan
|
Hasil
|
Pengamatan
|
|
Albumin
2%
|
+
|
Cincin
Violet
|
|
Gelatin
2%
|
-
|
Tidak
ada cincin
|
|
Kasein
2%
|
+
|
Cincin
Violet
|
|
Pepton
2%
|
+
|
Cincin
Violet
|
Ket: – : tidak mengandung triptofan
+
: mengandung triptofan
|
|||
Gambar
2 Albumin, Gelatin, Kasein, dan Pepton
Reaksi positif
uji Hopkins Cole terdapat pada senyawa
albumin, kasein, dan pepton yang ditunjukan oleh adanya cincin berwarna ungu .
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah senyawa protein mengandung salah satu
asam amino triptofan atau tidak. Triptofan akan berkondensasi dengan aldehid
bila ada asam kuat sehingga membentuk cincin berwarna ungu.
Tabel
3 Hasil Pengamatan Uji Ninhidrin
Larutan
|
Hasil
|
Pengamatan
|
|
Albumin
2%
|
+
|
Warna
Biru Keunguan
|
|
Gelatin
2%
|
+
|
Warna
Kuning
|
|
Kasein
2%
|
+
|
Warna
Kuning
|
|
Pepton
2%
|
+
|
Warna
Ungu Muda
|
Ket: – : tidak adanya asam amino
+ : adanya asam amino
|
|
||
Gambar
3 Albumin, Gelatin, Kasein, dan Pepton
Uji ninhidrin
dilakukan untuk mengetahui apakah bahan-bahan yang digunakan mengandung
asam amino atau tidak. Uji ini merupakan uji universal untuk asam amino.
Setelah dilakukan percobaan didapatkan senyawa positif yaitu senyawa albumin,gelatin,kasein,dan
pepton. Reaksi positif akan ditandai dengan terbentuknya warna biru ungu dan
kuning (khusus prolin dan hidroksiprolin).
Tabel
4 Hasil Pengamatan Uji Belerang
Larutan
|
Hasil
|
Pengamatan
|
|
Albumin
2%
|
+
|
Warna
Abu-abu/kehitaman
|
|
Gelatin
2%
|
-
|
Bening
|
|
Kasein
2%
|
-
|
Bening
|
|
Pepton
2%
|
-
|
Bening
|
Ket: – : tidak mengandung sistein
+
: mengandung sistein
|
|||
Gambar
4 Albumin, Gelatin ,Kasein, dan Pepton
Uji belerang
dilakukan untuk mengetahui apakah didalam bahan-bahan tersebut terdapat asam
amino sistein atau tidak. Berdasarkan
hasil pengamatan didapatkan bahan-bahan yang positif terhadap uji ini adalah
senyawa albumin. Sistein merupakan asam amino yang mengandung atom S pada
molekulnya. Reaksi yang positif ditandai oleh adanya endapan garam PbS berwarna
abu-abu/kehitaman. Hal ini karena adanya reaksi antara Pb-asetat dengan
asam-asam amino tersebut. Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk
mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat
terputus oleh Pb-asetat membentuk PbS.
Tabel
5 Hasil Pengamatan Uji Xanthoproteat
Larutan
|
Hasil
|
Pengamatan
|
|
Albumin
2%
|
+
|
Kuning
Tua
|
|
Gelatin
2%
|
+
|
Kuning
Tua
|
|
Kasein
2%
|
+
|
Bening
Kekuningan
|
|
Pepton
2%
|
+
|
Kuning
Tua
|
|
Fenol
2%
|
–
|
Merah
|
Ket: – : tidak mengandung inti benzena
+
: mengandung inti benzena
|
|||
Gambar
5 Albumin, Gelatin, Kasein, Pepton, dan Fenol
Uji
Xanthoproteat menunjukan hasil yang positif terhadap senyawa albumin,gelatin,
kasein dan pepton. Uji xanthoproteat digunakan untuk menguji apakah senyawa
protein mengandung inti benzena atau tidak didalam molekul-molekul asam
aminonya. Inti benzena dapat ternitrasi oleh asam nitrat pekat menghasilkan
turunan nitrobenzena. Fenilalanin, Tirosin, dan Triptofan yang mengandung inti
benzena pada molekulnya juga mengalami reaksi dengan HNO3 pekat.
Tabel
6 Hasil Pengamatan Uji Biuret
Larutan
|
Hasil
|
Pengamatan
|
|
Albumin
2%
|
+
|
Ungu
Muda
|
|
Gelatin
2%
|
+
|
Ungu
Muda
|
|
Kasein
2%
|
+
|
Ungu
Muda
|
|
Pepton
2%
|
+
|
Ungu
Muda
|
Ket: – : tidak mengandung ikatan peptida
+
: mengandung ikatan peptida
|
|||
Gambar
6 Albumin, Gelatin, Kasein, dan Pepton
Semua protein
yang diujikan pada uji biuret memberikan hasil positif. Biuret bereaksi positif akibat pembentukan senyawa kompleks Cu2+
gugus -CO dan -NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Fenol tidak bereaksi
dengan biuret karena tidak mempunyai gugus -CO dan -NH pada molekulnya.
Simpulan
Percobaan pada
keenam uji diatas didapatkan hasil bahwa Albumin menghasilkan reaksi positif
pada semua percobaan. Gelatin menghasilkan reaksi positif pada uji ninhidrin,
xanthoproteat, dan biuret. Kasein menghasilkan reaksi positif pada uji hopkins
cole, ninhidrin, xanthoproteat, dan
biuret. Pepton menghasilkan reaksi positif pada uji hopkins cole, ninhidrin,
xanthoproteat, dan biuret. Fenol hanya dilakukan pada uji millon dan
xanthoproteat. Kedua-dua uji tersebut menghasilkan reaksi yang negatif. Reaksi
negatif ini tidak menunjukkan bahwa
pereaksi-pereaksi tersebut tidak ada yang mengandung gugus fenolik, triptofan,
sistein atau histidin, cincin benzena dan ikatan peptida.
Daftar Pustaka
Lehninger L A. 1993. Dasar-Dasar Biokimia. Maggy T, penerjemah.
Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari School
of Medicine.
Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta
Poedjiadi Anna. 1994. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Pers.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1996. Analisa
Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta.
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi.
Penerbit Gramedia: Jakarta.
Winarno F G. 2002. Kimia
Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar