Rabu, 03 Oktober 2012

PENCERNAAN


Praktikum ke-7                                                                                       Hari/tanggal   : 23 April 2012
m.k. Fisiologi Hewan air                                                                         Kelompok      : 5 (lima)
                                                                                                                  Asisten            : Dendi H.
                       



PENCERNAAN
Kecernaan Pakan Secara IN VIVO dan IN VITRO


Disusun Oleh :
Dian Eka Ramadhani
C14100003









Description: ipb.jpg












DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik dan kimiawi sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui seisem peredaran darah. Pencernaan secara fisik dimulai dibagian rongga mulut hingga dilanjutkan di segmen lambung dan usus. Pencernaan kimiawi dimulai dari segmen lambung dan disempurnakan oleh segmen usus. Cairan digestif yang berperan dalam pencernaan di segmen usus berasal dari hati, dinding usus itu sendiri (Handajani dan Widodo, 2010).
            Proses pencernaan terdiri dari alat pencernaan yang meliputi enzim, HCl, cairan empedu, dan makanan.proses makan itu sendiri dapat melalui ingestion, digestion, absorbtion, transportation, serta metabolisme (anabolisme dan katabolisme) (Affandi,2002). Enzim adalah suatu katalisator biologis dalam reaksi kimia yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Enzim berperan alam mengubah laju reakis yang diperlihatkan dapat dijadikan kuran keaktiafan enzim. Aktifitas enzim dapat dinyatakan dalam bentuk unit enzim. Satu enzim adalah jumlah enzim yang mengkatalis transformasi 1 mikromol substrat dalam waktu 1 menit pada suhu 250C dan pada keadaan pH optimal (Weil, 1979). Aktifitas enzim tergantung pada konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH dan inhibitor (Handajani dan Widodo, 2010).
            Praktikum kali ini akan menunjukkan enzim yang paling baik menghidrolisa protein dan emulsifikator paling baik untuk mengemulsi lemak. Enzim yang digunakan berasal dari pankreas, empedu, buah nanas, dan sebagainya yang nantinya dapat diketahui cara kerja enzim tersebut.
1.2. Tujuan
            Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui enzim mana yang paling banyak menghidroisa protein dan emulsifikator mana yang paling baik dalam mengemulsikan lemak.


II. METODOLOGI

2.1         Waktu dan Tempat    
Pelaksanaan praktikum pencernaan dilakukan pada hari Senin pada pukul 15.00 s.d 18.00 WIB tanggal 16 April 2012 bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2         Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pencernaan adalah timbangan, gelas ukur, tabung reaksi, alat bedah, mortar/alat gerus, gelas piala/ Erlenmeyer, kertas pH, kertas saring, pipet, corong, botol semprot, lap/tissue, dan alat tulis. Sedangakan bahan-bahan yang digunakan adalah ikan, ekstrak enzim kasar (lambung ikan), HCl, NaOH, akuades, daging ikan, emulsifikator (cairan empedu).

3.3.  Prosedur Kerja
3.3.1 Pencernaan Protein
Disiapkan bahan-bahan yaitu 1) daging ikan, 2) Enzim (pepsin, papain, bromelin, pancreas), 3) HCl untuk menurunkan pH media, 4) NaOH untuk meningkatkan (netralisasi) pH media. Sedangkan alat-alat yang perlu disiapkan adalah alat bedah, timbangan, gelas ukur, kertas saring, corong, gelas piala/erlenmeyer, pipet, mortar, kertas pH, tabung reaksi, dan botol akuades. Berikut adalah prosedur yang harus dilakukan :
1.        Penyiapan Crude Enzim
a.        Pepsin
Diambil lambung ikan dan isinya dibuang. Lalu dibilas dengan akuades dan dihamparkan pada tempat datar. Bagian dalam lambung dikerok hingga lapisan mukosanya terambil. Kemudian ditambahkan air secukupnya dan diaduk merata. Cairan enzim disaring dengan kertas saring. Bila perlu disentrifus.
b.        Papain
Papain dalam bentuk powder/cair dilarutkan dalam akuades (papain:air 1:9), lalu enzim siap digunakan.
c.         Bromelin
Daging buah nanas yang rusak diambil dan dihancurkan dengan blender. Kemudian disaring dan diambil cairannya. Supernatan siap digunakan sebagai enzim.
d.        Enzim pankreas
Pankreas ayam diambil dan dihancurkan dengan mortar,lalu ditambahkan air (1:9). Cairan pankreas disaring, disentrifus dan diambil supernatannya. Supernatan yang diperoleh merupakan ekstrak enzim yang mengandung protease yang aktif pada pH netral.
2.        Pencernaan Protein secara Invitro dengan Menggunakan Berbagai Jenis Enzim
Lima buah tabung reaksi masing-masing ditambah 3 ml akuades dan diisi tiga potongan daging ikan (± 3x3x3 mm3). Masing- masing tabung reaksi ditambahkan 1.5 ml ekstrak enzim ( tabung 1 sebagai control, tabung 2 diberi enzim pepsin, tabung 3 diberi enzim papain, tabung 4 diberi enzim bromelin, dan tabung 5 diberi enzim pancreas + 5 tetes HCl). Kemudian tabung raksi dikocok setiap 15 menit selama inkubasi 1 jam. Setelah 1 jam isi tabung reaksi dikeluarkan dan disaring, kemudian air saringan ditampung dan dimasukkan dalam tabung reaksi yang bersih. Tingkat kekeruhan diamati. Tabung reaksi yang cairannya paling keruh menandakan jenis enzim yang paling efektif.

3.3.2        Pencernaan Lemak
Pencernaan Lemak secara Invitro dengan Menggunakan Enzim Pankreatik
Disiapkan bahan-bahan yaitu 1) minyak goring, 2) Ekstrak enzim (enzim lipase diambil dari ekstrak pankreas ayam dan mukosa usus), 3) Emulsifikator : cairan empedu ikan/ayam dan kuning telur, 4) NaOH, 5) Akuades. Sedangkan alat-alat yang disiapkan yaitu alat bedah, timbangan, gelas ukur, tabugn reaksi, pipet, mortar, kertas saring, corong, gelas piala/Erlenmeyer, botol akuades, dan kertas pH. Berikut ini adalah prosedur yang harus dilakukan :
1.        Enzim Pankreas
Pankreas ayam diambil dan dihancurkan dengan mortar,lalu ditambahkan air (1:9). Cairan pankreas disaring, disentrifus dan diambil supernatannya. Supernatan yang diperoleh merupakan ekstrak enzim yang mengandung protease yang aktif pada pH netral.
2.        Penyiapan Emulsifikator
Kantung empedu ikan atau ayam diambil kemudian diambil cairannya dan dikumpulkan pada wadah yang disediakan. Telur ayam diambil kemudian diambil bagian kuning telurnya dan dihancurkan. Setelah itu ditampung pada wadah yang disediakan.
3.        Pencernaan Lemak Secara Invitro (Stabilitas Emulsifikator)
Disiapkan tiga buah tabung reaksi yang telah diisi dengan 5 mk akuades dan 2 ml minyak goring. Tabung 1 ditambahkan 1 ml akuades, tabung 2 ditambahkan 1 ml cairan empedu, dan tabung 3 ditambah 1 ml cairan kuning telur. Masing-masing tabung dikocok setiap 10 menit selama inkubasi 1 jam. Kemudian diamati kestabilannya.





III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Berikut ini adalah tabel hasil pengamatan pencernaan pada ikan uji masing-masing tabung reaksi dan perlakuannya :
Tabel 1. Hasil Pengukuran Pencernaan Protein
Perlakuan
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kontrol
+
+
++
+
+
+
+
+
+
+
Bromelin
++
++++
++++
++++
++++
+++
++
++
++++
+++
Pankreas
+++
+++
+++
+++
+++
++
++++
+++
+++
++
Keterangan :
+    : tak berwarna
++  : agak keruh
+++: keruh
++++: sangat keruh
            Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa hanya perlakuan kontrol kelompok 3 yang menunjukkan agak keruh, sedangkan yang lainnya tak berwarna. Perlakuan dengan bromelin pada kelompok 1, 7, dan 8 menunjukkan agak keruh, kelompok 5, 6, dan 10 menunjukkan keruh serta kelompok 2, 3, 4, dan 9 menunjukkan sangat keruh. Perlakuan pankreas pada kelompok 5, 6, dan 10 menunjukkan agak keruh, kelompok 1,2,3,4,8,dan 9 menunjukkan keruh serta kelompok 7 menunjukkan sangat keruh.

Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 1
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+
Keterangan:
+          : Cepat
++        : Lambat memisah
+++     : Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.

Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 2
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+
Keterangan:
+          Cepat
++        Lambat memisah
+++     Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.

Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 3
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+
Keterangan:
+          Cepat
++        Lambat memisah
+++     Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.

Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 4
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+
Keterangan:
+          Cepat
++        Lambat memisah
+++     Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.

Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 5
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+
Keterangan:
+          Cepat
++        Lambat memisah
+++     Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.

Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 6
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+
Keterangan:
+          Cepat
++        Lambat memisah
+++     Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.

Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 7
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
+++
+++
++
Keterangan:
+          Cepat
++        Lambat memisah
+++     Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-50 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah. Pada menit ke-60 ada empedu dan kuning telur sangat lambat memisah dan control lambat memisah.
Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 8
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+
Keterangan:
+          Cepat
++        Lambat memisah
+++     Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.

Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 9
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+
Keterangan:
+          Cepat
++        Lambat memisah
+++     Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.

Tabel 2. Pengemulsian Lemak Kelompok 10
Waktu/Perlakuan
Empedu
Kuning Telur
Kontrol
10
++
+++
+
20
++
+++
+
30
++
+++
+
40
++
+++
+
50
++
+++
+
60
++
+++
+

Keterangan:
+          Cepat
++        Lambat memisah
+++     Sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60 cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.

3.2.       Pembahasan

Enzim yang paling banyak menghhidrolisa protein adalah enzim bromelin. Hal tersebut dapat dilihat dari kekeruhan yang ditimbulkan oleh sampel masing-masing kelompok. Kemungkinan hal tersebut terjadi adalah karena kandungan enzim bromelin berasal dari nanas yang telah rusak. Buah nanas yang muda maupun tua mengandung bromelin. Keaktifan bromelin pada buah nanas yang muda lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang tua. Bromelin merupakan glukoprotein yang dapat menghidrolisa protein (Winarno,1986)
Menurut (Affandi,2002 ) enzim yang sangat berperan dalam pencernaan protein adalah protease, baik yang disekresikan lambung, pankreas maupun dinding usus. Dilambung protein dalam pakan akan mengalami denaturasi oleh HCl dan dihidrolisis dengan katalisator enzim pepsin, protein yang dicerna tersebut akan berubah menjadi peptid. Menurut (Handajani dan Widodo, 2010) adanya HCl pada lambung, makanan yang dimakan mengalami pengasaman sehingga ketika makanan sudah berbentuk bubur (chyme), pH menjadi rendah. Asam kuat yang digunakan dalam praktikuma adalah HCl. Penggunaan HCl untuk hidrolisis lebih baik dibandingkan H2SO4 atau yang lainnya (Krirk dan Othmer, 1953). Hal ini disebabkan oleh : 1) konsenrasi HCl yang tertinggi setelah proses hidrolisis sempurna ternyata lebih kecil, 2) sebagian besar HCl dalam hidrolisat dapat dihilangkan atau diperoleh kembali dengan cara destilasi.
Pada enzim pankreas yang terjadi hanya keruh. Kemungkinan hal tersebut terjadi adalah kandungan HCl yang dapat menghidrolisa protein tidak setinggi enzim bromelin. Sedangkan kontrol hanya satu kelompok yang menyatakan agak keruh. Seharusnya pada kontrol tidak terjadi kekeruhan karena tidak ditambahkan dengan enzim lainnya.
Emulsifikator yang paling baik dalam mengemulsikan lemak adalah kuning telur. Hal tersebut dapat dilihat ketika kuning telur, akuades, dan minyak dijadikan satu. Hasilnya adalah kuning telur sangat lambat memisah dari minyak. Kuning telur juga mengandung lesitin, yang berfungsi untuk emulsifier (Anonim1,2012). Kuning telur dapat stabil karena lemak dalam telur berbentuk emulsi yang juga dapat bergabung dengan air sehingga menjadi lebih mudah dicerna hal ini disebabkan karena sepertiga kuning telur merupakan glicerida asam lemak yang mudah dicerna lambung dan dapat diserap dengan baik oleh usus halus (Rosmawati, 2004).
Sedangkan cairan empedu menunjukkan lambat memisah dan kontrol menunjukkan cepat memisah. Menurut (Affandi,2002) adanya garam empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi lemak maka terbentuk partikel lemak berukuran kecil yang disebut micelles. Micelles ini pada umumnya mengandung asam lemak monogliserid dan kolesterol. Kandungan kolesterol dalam kuning telur inilah yang membuat minyak terbentuk menjadi partikel berukuran kecil yang menyebabkan sangat lambat memisah.
Cairan empedu juga berfungsi sebagai emulsifikator lemak, sehingga dapat diserap oleh dinding usus. Sehingga sampel menunjukkan pemisahan yang lambat. Menurut (Handajani dan Widodo, 2010) cairan empedu yang sifatnya basa dan adanya ion bikarbonat dari pankreas menyebabkan naiknya pH chyme pada usus. Dengan kondisi pH chme basa, maka enzim pankreatik dan enzim dari mukosa usus dapat bekerja secara optimal. Pada kontrol terjadi pemisahan yang cepat karena tidak ada emulsifikator yang dapat mengemulsi lemak.








IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
            Enzim yang paling baik menghidrolisa protein adalah bromelin yang berasal dari sari buah nanas. Buah nanas memiliki pH rendah atau asam, sehingga dapat menghidrolisa protein dengan baik. Sedangkan emulsifikator paling baik adalah kuning telur. Kuning telur mengandung kolesterol tinggi, sehingga jika terampur dengan akuades dan minyak akan sangat lambat memisah. Partikel yang ditimbulkannya pun juga kecil. Hal tersebut yang menyebabkan campuran ini lambat memisah.

4.2 Saran
          Perlu dilakukan pemahaman tentang kerja enzim antara ayam ataupun ikan, dan juga menggunakan buah lain (selain nanas) yang diketahui memiliki pH rendah hampir sama dengan pH lambung. Buah yang digunakan seperti : jeruk nipis, manggis, mangga, dan sebagainya.




DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Ridwan dan Usman M. Tang.2002.Fisiologi Hewan Air.Riau : Unri Press pp:64-72
Handajani, Hany dan Wahyu,Widodo.2010.Nutrisi Ikan.Malang:UMM Press      pp:37-38
Kirk,R.E and D.F. Othmer.1953. Encyclopedia of Chemical Technology. Volume XI. The Interescience Publishing,Inc. New York 
Rosmawati, 2005. Hidrolisis Pakan Buatan oleh Enzim Pepsin dan Pankreatin untuk Meningkatkan Daya Cerna dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.). [Tesis] Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Weil,J. H.1979.Biochime generale.Masson.Paris
Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi.P.T. Gramedia. Jakarta






LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar