Praktikum ke-7 Hari/tanggal : 23 April 2012
m.k. Fisiologi Hewan air Kelompok : 5 (lima)
Asisten : Dendi H.
PENCERNAAN
Kecernaan Pakan
Secara IN VIVO dan IN VITRO
Disusun Oleh :
Dian Eka
Ramadhani
C14100003
DEPARTEMEN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2012
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pencernaan
adalah proses penyederhanaan makanan melalui mekanisme fisik dan kimiawi
sehingga makanan menjadi bahan yang mudah diserap dan diedarkan ke seluruh
tubuh melalui seisem peredaran darah. Pencernaan secara fisik dimulai dibagian rongga
mulut hingga dilanjutkan di segmen lambung dan usus. Pencernaan kimiawi dimulai
dari segmen lambung dan disempurnakan oleh segmen usus. Cairan digestif yang
berperan dalam pencernaan di segmen usus berasal dari hati, dinding usus itu
sendiri (Handajani
dan Widodo, 2010).
Proses
pencernaan terdiri dari alat pencernaan yang meliputi enzim, HCl, cairan
empedu, dan makanan.proses makan itu sendiri dapat melalui ingestion,
digestion, absorbtion, transportation, serta metabolisme (anabolisme dan
katabolisme) (Affandi,2002). Enzim adalah suatu katalisator biologis dalam
reaksi kimia yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Enzim berperan alam
mengubah laju reakis yang diperlihatkan dapat dijadikan kuran keaktiafan enzim.
Aktifitas enzim dapat dinyatakan dalam bentuk unit enzim. Satu enzim adalah
jumlah enzim yang mengkatalis transformasi 1 mikromol substrat dalam waktu 1
menit pada suhu 250C dan pada keadaan pH optimal (Weil, 1979).
Aktifitas enzim tergantung pada konsentrasi enzim dan substrat, suhu, pH dan
inhibitor (Handajani
dan Widodo, 2010).
Praktikum kali ini akan menunjukkan
enzim yang paling baik menghidrolisa protein dan emulsifikator paling baik
untuk mengemulsi lemak. Enzim yang digunakan berasal dari pankreas, empedu,
buah nanas, dan sebagainya yang nantinya dapat diketahui cara kerja enzim
tersebut.
1.2.
Tujuan
Tujuan praktikum
ini adalah untuk mengetahui enzim mana yang paling banyak menghidroisa protein
dan emulsifikator mana yang paling baik dalam mengemulsikan lemak.
II. METODOLOGI
2.1
Waktu
dan Tempat
Pelaksanaan praktikum
pencernaan dilakukan pada hari Senin pada
pukul 15.00 s.d 18.00 WIB tanggal 16 April 2012 bertempat di Laboratorium
Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2.2
Alat
dan Bahan
Alat-alat yang digunakan
dalam praktikum pencernaan adalah timbangan, gelas ukur, tabung reaksi, alat
bedah, mortar/alat gerus, gelas piala/ Erlenmeyer, kertas pH, kertas saring,
pipet, corong, botol semprot, lap/tissue,
dan alat tulis. Sedangakan bahan-bahan yang digunakan adalah ikan, ekstrak
enzim kasar (lambung ikan), HCl, NaOH, akuades, daging ikan, emulsifikator
(cairan empedu).
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1 Pencernaan Protein
Disiapkan bahan-bahan yaitu 1) daging ikan, 2) Enzim
(pepsin, papain, bromelin, pancreas), 3) HCl untuk menurunkan pH media, 4) NaOH
untuk meningkatkan (netralisasi) pH media. Sedangkan alat-alat yang perlu
disiapkan adalah alat bedah, timbangan, gelas ukur, kertas saring, corong,
gelas piala/erlenmeyer, pipet, mortar, kertas pH, tabung reaksi, dan botol
akuades. Berikut adalah prosedur yang harus dilakukan :
1.
Penyiapan Crude Enzim
a.
Pepsin
Diambil
lambung ikan dan isinya dibuang. Lalu dibilas dengan akuades dan dihamparkan
pada tempat datar. Bagian dalam lambung dikerok hingga lapisan mukosanya
terambil. Kemudian ditambahkan air secukupnya dan diaduk merata. Cairan enzim disaring
dengan kertas saring. Bila perlu disentrifus.
b.
Papain
Papain
dalam bentuk powder/cair dilarutkan
dalam akuades (papain:air 1:9), lalu enzim siap digunakan.
c.
Bromelin
Daging
buah nanas yang rusak diambil dan dihancurkan dengan blender. Kemudian disaring dan diambil cairannya. Supernatan siap
digunakan sebagai enzim.
d.
Enzim pankreas
Pankreas
ayam diambil dan dihancurkan dengan mortar,lalu ditambahkan air (1:9). Cairan
pankreas disaring, disentrifus dan diambil supernatannya. Supernatan yang
diperoleh merupakan ekstrak enzim yang mengandung protease yang aktif pada pH
netral.
2.
Pencernaan Protein secara Invitro dengan Menggunakan Berbagai
Jenis Enzim
Lima buah tabung reaksi masing-masing ditambah 3 ml
akuades dan diisi tiga potongan daging ikan (± 3x3x3 mm3). Masing- masing tabung reaksi
ditambahkan 1.5 ml ekstrak enzim ( tabung 1 sebagai control, tabung 2 diberi
enzim pepsin, tabung 3 diberi enzim papain, tabung 4 diberi enzim bromelin, dan
tabung 5 diberi enzim pancreas + 5 tetes HCl). Kemudian tabung raksi dikocok
setiap 15 menit selama inkubasi 1 jam. Setelah 1 jam isi tabung reaksi
dikeluarkan dan disaring, kemudian air saringan ditampung dan dimasukkan dalam
tabung reaksi yang bersih. Tingkat kekeruhan diamati. Tabung reaksi yang
cairannya paling keruh menandakan jenis enzim yang paling efektif.
3.3.2
Pencernaan Lemak
Pencernaan Lemak secara Invitro dengan Menggunakan Enzim Pankreatik
Disiapkan bahan-bahan yaitu 1) minyak goring, 2)
Ekstrak enzim (enzim lipase diambil dari ekstrak pankreas ayam dan mukosa
usus), 3) Emulsifikator : cairan empedu ikan/ayam dan kuning telur, 4) NaOH, 5)
Akuades. Sedangkan alat-alat yang disiapkan yaitu alat bedah, timbangan, gelas
ukur, tabugn reaksi, pipet, mortar, kertas saring, corong, gelas
piala/Erlenmeyer, botol akuades, dan kertas pH. Berikut ini adalah prosedur
yang harus dilakukan :
1.
Enzim Pankreas
Pankreas ayam diambil dan dihancurkan dengan
mortar,lalu ditambahkan air (1:9). Cairan pankreas disaring, disentrifus dan
diambil supernatannya. Supernatan yang diperoleh merupakan ekstrak enzim yang
mengandung protease yang aktif pada pH netral.
2.
Penyiapan Emulsifikator
Kantung
empedu ikan atau ayam diambil kemudian diambil cairannya dan dikumpulkan pada
wadah yang disediakan. Telur ayam diambil kemudian diambil bagian kuning
telurnya dan dihancurkan. Setelah itu ditampung pada wadah yang disediakan.
3.
Pencernaan Lemak Secara Invitro (Stabilitas Emulsifikator)
Disiapkan
tiga buah tabung reaksi yang telah diisi dengan 5 mk akuades dan 2 ml minyak
goring. Tabung 1 ditambahkan 1 ml akuades, tabung 2 ditambahkan 1 ml cairan
empedu, dan tabung 3 ditambah 1 ml cairan kuning telur. Masing-masing tabung
dikocok setiap 10 menit selama inkubasi 1 jam. Kemudian diamati kestabilannya.
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
Berikut ini adalah tabel
hasil pengamatan pencernaan pada ikan uji masing-masing tabung reaksi dan
perlakuannya :
Tabel 1. Hasil Pengukuran Pencernaan Protein
Perlakuan
|
Kelompok
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
Kontrol
|
+
|
+
|
++
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Bromelin
|
++
|
++++
|
++++
|
++++
|
++++
|
+++
|
++
|
++
|
++++
|
+++
|
Pankreas
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
+++
|
++
|
++++
|
+++
|
+++
|
++
|
Keterangan :
+ : tak berwarna
++ : agak keruh
+++: keruh
++++: sangat keruh
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa hanya perlakuan kontrol kelompok 3 yang
menunjukkan agak keruh, sedangkan yang lainnya tak berwarna. Perlakuan dengan
bromelin pada kelompok 1, 7, dan 8 menunjukkan agak keruh, kelompok 5, 6, dan
10 menunjukkan keruh serta kelompok 2, 3, 4, dan 9 menunjukkan sangat keruh.
Perlakuan pankreas pada kelompok 5, 6, dan 10 menunjukkan agak keruh, kelompok
1,2,3,4,8,dan 9 menunjukkan keruh serta kelompok 7 menunjukkan sangat keruh.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 1
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
++
|
+++
|
+
|
Keterangan:
+ : Cepat
++ : Lambat memisah
+++ : Sangat lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 2
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
++
|
+++
|
+
|
Keterangan:
+ Cepat
++ Lambat memisah
+++ Sangat lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 3
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
++
|
+++
|
+
|
Keterangan:
+ Cepat
++ Lambat memisah
+++ Sangat lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 4
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
++
|
+++
|
+
|
Keterangan:
+ Cepat
++ Lambat memisah
+++ Sangat lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 5
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
++
|
+++
|
+
|
Keterangan:
+ Cepat
++ Lambat memisah
+++ Sangat lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 6
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
++
|
+++
|
+
|
Keterangan:
+ Cepat
++ Lambat memisah
+++ Sangat lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 7
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
+++
|
+++
|
++
|
Keterangan:
+ Cepat
++ Lambat
memisah
+++ Sangat
lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-50
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah. Pada menit ke-60 ada empedu
dan kuning telur sangat lambat memisah dan control lambat memisah.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 8
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
++
|
+++
|
+
|
Keterangan:
+ Cepat
++ Lambat memisah
+++ Sangat lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 9
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
++
|
+++
|
+
|
Keterangan:
+ Cepat
++ Lambat memisah
+++ Sangat lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.
Tabel
2. Pengemulsian Lemak Kelompok 10
Waktu/Perlakuan
|
Empedu
|
Kuning Telur
|
Kontrol
|
10
|
++
|
+++
|
+
|
20
|
++
|
+++
|
+
|
30
|
++
|
+++
|
+
|
40
|
++
|
+++
|
+
|
50
|
++
|
+++
|
+
|
60
|
++
|
+++
|
+
|
Keterangan:
+ Cepat
++ Lambat memisah
+++ Sangat lambat memisah
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa dari menit ke-10 sampai menit ke-60
cenderung konstan. Kontrol terlihat cepat memisah, empedu terlihat lambat
memisah, dan kuning telur sangat lambat memisah.
3.2.
Pembahasan
Enzim yang paling banyak menghhidrolisa
protein adalah enzim bromelin. Hal tersebut dapat dilihat dari kekeruhan yang
ditimbulkan oleh sampel masing-masing kelompok. Kemungkinan hal tersebut
terjadi adalah karena kandungan enzim bromelin berasal dari nanas yang telah
rusak. Buah nanas yang muda maupun tua mengandung bromelin. Keaktifan bromelin
pada buah nanas yang muda lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang tua.
Bromelin merupakan glukoprotein yang dapat menghidrolisa protein (Winarno,1986)
Menurut (Affandi,2002 ) enzim
yang sangat berperan dalam pencernaan protein adalah protease, baik yang
disekresikan lambung, pankreas maupun dinding usus. Dilambung protein dalam
pakan akan mengalami denaturasi oleh HCl dan dihidrolisis dengan katalisator
enzim pepsin, protein yang dicerna tersebut akan berubah menjadi peptid. Menurut
(Handajani dan Widodo, 2010) adanya HCl pada lambung, makanan yang dimakan
mengalami pengasaman sehingga ketika makanan sudah berbentuk bubur (chyme), pH
menjadi rendah. Asam kuat yang digunakan dalam praktikuma adalah HCl.
Penggunaan HCl untuk hidrolisis lebih baik dibandingkan H2SO4
atau yang lainnya (Krirk dan Othmer, 1953). Hal ini disebabkan oleh : 1)
konsenrasi HCl yang tertinggi setelah proses hidrolisis sempurna ternyata lebih
kecil, 2) sebagian besar HCl dalam hidrolisat dapat dihilangkan atau diperoleh
kembali dengan cara destilasi.
Pada enzim pankreas yang
terjadi hanya keruh. Kemungkinan hal tersebut terjadi adalah kandungan HCl yang
dapat menghidrolisa protein tidak setinggi enzim bromelin. Sedangkan kontrol
hanya satu kelompok yang menyatakan agak keruh. Seharusnya pada kontrol tidak
terjadi kekeruhan karena tidak ditambahkan dengan enzim lainnya.
Emulsifikator
yang paling baik dalam mengemulsikan lemak adalah kuning telur. Hal tersebut
dapat dilihat ketika kuning telur, akuades, dan minyak dijadikan satu. Hasilnya
adalah kuning telur sangat lambat memisah dari minyak. Kuning telur juga mengandung lesitin, yang berfungsi untuk
emulsifier (Anonim1,2012). Kuning telur dapat
stabil karena lemak dalam telur berbentuk emulsi yang juga dapat bergabung
dengan air sehingga menjadi lebih mudah dicerna hal ini disebabkan karena
sepertiga kuning telur merupakan glicerida asam lemak yang mudah dicerna
lambung dan dapat diserap dengan baik oleh usus halus (Rosmawati,
2004).
Sedangkan cairan empedu
menunjukkan lambat memisah dan kontrol menunjukkan cepat memisah. Menurut
(Affandi,2002) adanya garam empedu yang berfungsi sebagai pengemulsi lemak maka
terbentuk partikel lemak berukuran kecil yang disebut micelles. Micelles ini
pada umumnya mengandung asam lemak monogliserid dan kolesterol. Kandungan
kolesterol dalam kuning telur inilah yang membuat minyak terbentuk menjadi
partikel berukuran kecil yang menyebabkan sangat lambat memisah.
Cairan empedu juga berfungsi
sebagai emulsifikator lemak, sehingga dapat diserap oleh dinding usus. Sehingga
sampel menunjukkan pemisahan yang lambat. Menurut (Handajani dan Widodo, 2010)
cairan empedu yang sifatnya basa dan adanya ion bikarbonat dari pankreas
menyebabkan naiknya pH chyme pada usus. Dengan kondisi pH chme basa, maka enzim
pankreatik dan enzim dari mukosa usus dapat bekerja secara optimal. Pada
kontrol terjadi pemisahan yang cepat karena tidak ada emulsifikator yang dapat
mengemulsi lemak.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Enzim yang paling baik
menghidrolisa protein adalah bromelin yang berasal dari sari buah nanas. Buah
nanas memiliki pH rendah atau asam, sehingga dapat menghidrolisa protein dengan
baik. Sedangkan emulsifikator paling baik adalah kuning telur. Kuning telur
mengandung kolesterol tinggi, sehingga jika terampur dengan akuades dan minyak
akan sangat lambat memisah. Partikel yang ditimbulkannya pun juga kecil. Hal
tersebut yang menyebabkan campuran ini lambat memisah.
4.2
Saran
Perlu dilakukan pemahaman
tentang kerja enzim antara ayam ataupun ikan, dan juga menggunakan buah lain
(selain nanas) yang diketahui memiliki pH rendah hampir sama dengan pH lambung.
Buah yang digunakan seperti : jeruk nipis, manggis, mangga, dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Affandi,
Ridwan dan Usman M. Tang.2002.Fisiologi Hewan Air.Riau : Unri Press pp:64-72
[Anonim1].2012. http://www.hilman.web.id/posting/blog/985/9-fakta-mengenai
kuning-telur-yang-belum-agan-ketahui.html ( 22 April
2012)
Handajani,
Hany dan Wahyu,Widodo.2010.Nutrisi Ikan.Malang:UMM Press pp:37-38
Kirk,R.E
and D.F. Othmer.1953. Encyclopedia of Chemical Technology. Volume XI. The
Interescience Publishing,Inc. New York
Rosmawati, 2005.
Hidrolisis Pakan Buatan oleh Enzim Pepsin dan Pankreatin untuk Meningkatkan
Daya Cerna dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.).
[Tesis] Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Weil,J.
H.1979.Biochime generale.Masson.Paris
Winarno,
F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi.P.T. Gramedia. Jakarta
LAMPIRAN
http://www.hilman.web.id/posting/blog/985/9-fakta-mengenai-kuning-telur-yang-belum-agan-ketahui.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar