Laporan
Praktikum: Hari/tanggal : Rabu, 2 November 2011
Biokimia Umum Waktu : 08.00 – 11.00
PROTEIN
Kelompok 15
Dian Eka
Ramadhani (C14100003)
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PENDAHULUAN
Protein adalah rangkaian asam amino yang paling berlimpah
di dalam sel makhluk hidup, 50 persen atau lebih berat kering sel terdiri dari
protein (Lehninger, 1982). Salah satu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh adalah protein karena zat ini
berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan
pengatur, dan berdasarkan fungsi biologinya protein terdiri dari golongan enzim
sebagai protein terbesar dan paling penting, protein pembangun, protein
pengangkut, protein hormon, protein pelindung, sampai protein yang bersifat
racun.
Protein adalah
makromolekul panjang yang terdiri dari rantai polipeptida panjang dan tersusun
oleh 100 sampai 1000 unit asam amino yang disatukan oleh ikatan peptida
(Lehninger, 1982). Berbagai jenis protein pada dasarnya tersusun atas 20 asam
amino yang sama namun berbeda deret unitnya.
Kedua puluh asam amino tersebut digolongkan lagi berdasarkan
gugus R-nya menjadi asam amino non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara
lain Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan
Metionin. Golongan kedua yaitu asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang
beranggotakan Lisin, Serin, Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin.
Golongan ketiga yaitu asam amino yang bermuatan positif pada gugus R dan
golongan keempat yaitu asam amino yang bermuatan negatif pada gugus R.
Dari
ke-20 asam amino yang ada, dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu
valin, leusin, Isoleusin, Metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin.
Asam amino essensial ini tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia
sehingga harus didapatkan dari luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya.
Protein dapat mengalami perubahan struktural yang disebut denaturasi dan akan
mempunyai kelarutan yang sangat kecil saat mencapai titik isoelektrik .
TUJUAN
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui proses
denaturasi protein pada larutan albumin dengan pengendapan oleh logam,
pengendapan oleh garam, uji koagulasi, pengendapan oleh alkohol, dan
pengendapan akibat perubahan pH.
ALAT
DAN BAHAN
Alat yang
digunakan dalam kegiatan praktikum kali ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet volumetrik, pengaduk, penjepit tabung
reaksi, kertas saring, dan penangas
air.
Bahan yang
digunakan antara lain, albumin, HgCl2 2%, larutan Pb- Asetat 5%,
larutan AgNO3 5%, larutan (NH4)2SO4,
air, pereaksi milon, pereaksi biuret, larutan asam asetat 1M, HCL 0.1 M, NaOH
0.1 M, buffer asetat pH 4.7, dan
etanol 95%.
PROSEDUR
PERCOBAAN
Prosedur
percobaan pengendapan protein oleh logam, ke dalam 3 ml albumin ditambahkan 5
tetes larutan HgCl2 5%, percobaan diulangi dengan larutan Pb-asetat
5% dan AgNO3 5%,
kemudian diamati apakah terbentuk endapan.
Prosedur
percobaan pengendapan protein oleh garam, mula-mula 10 mL larutan protein (albumin) dijenuhkan
dengan (NH4)2SO4 yang ditambahkan sedikit demi
sedikit, kemudian disaring ketika telah mencapai titik jenuh dengan kertas saring, lalu diuji
kelarutannya dengan air, endapannya diuji dengan pereaksi Millon, sementara filtrat diuji
dengan peraksi Biuret.
Uji koagulasi
dilakukan dengan cara 5 ml larutan protein ditambahkan dengan 2 tetes asam
asetat 1 M , kemudian tabung dididihkan dalam penangas
selama 5 menit, setelah itu endapan diambil oleh batang pengaduk, kelarutan
endapan diuji dengan air, dan endapan diuji dengan pereaksi milon.
Prosedur
percobaan pengendapan protein oleh alkohol, tabung reaksi pertama diisi larutan
albumin 5 ml, 1 ml HCl 0.1 M dan
etanol 95% sebanyak 6 ml. Pada tabung reaksi dua diisi dengan 5 ml albumin
ditambah dengan 1 ml NaOH 0.1 M dan Etanol 95% sebanyak 6 ml. Pada tabung
tiga diisi 5 ml albumin, buffer asetat pH 4.7 sebanyak 1 ml dan etanol 95%
sebanyak 6 ml, terakhir
untuk tabung empat diisi dengan 5 ml
albumin dan 7 ml etanol 95% setelah itu diamati dan dibandingkan
hasil reaksinya.
Percobaan
terakhir, denaturasi protein, tiga tabung reaksi masing-masing diisi dengan 9 ml larutan
albumin, di mana masing-masing tabung pada tabung pertama ditambah dengan 1 ml HCl 0., pada
tabung II ditambah dengan 1 ml NaOH 0.1M , dan pada tabung III ditambah dengan bufer asetat pH 4.7 sebanyak 1 ml, setelah
itu masing-masing dipanaskan selama 15 menit dan kemudian didinginkan pada
temperatur kamar lalu diamati reaksi yang terjadi, setelah itu pada tabung I dan
II ditambah 5 ml bufer aetat pH 4.7, hasil reaksinya diamati kembali.
HASIL
Tabel
1 Pengendapan Protein Oleh Logam
Larutan
|
Hasil Pengamatan
|
Pb-asetat 5%
|
+
|
HgCl 2%
|
++
|
AgNO3 5%
|
+++
|
Keterangan :
+ : Endapan
sedikit
++ : Endapan
banyak
Gambar
1. Hasil Uji Pengendapan oleh Logam
(
HgCl2 2%, Pb-asetat 5%, AgNO3 5% )
Tabel 2
Pengendapan oleh Garam
Uji
|
Hasil Pengamatan
|
Keterangan
|
Kelarutan dalam air
|
-
|
Tidak larut
|
Dengan Millon
|
+
|
Merah muda
|
Dengan Biuret
|
-
|
Tidak
biru
|
Gambar 2. Hasil Uji Pengendapan oleh Garam
(
Larut dalam air, Uji millon, Uji biuret )
Tabel 3 Uji Koagulasi
terhadap Protein
Uji
|
Hasil Pengamatan
|
Keterangan
|
Larut air
|
-
|
Tidak larut
|
Dengan Millon
|
+
|
Ada endapan merah bata
|
Keterangan :
- : Tidak
ada endapan
Gambar
3. Hasil Uji Koagulasi terhadap Protein
(
Larut dalam air, Uji millon )
Tabel 4 Pengendapan Oleh Alkohol
Tabung
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
-
|
2
|
-
|
3
|
+
|
4
|
-
|
Keterangan :
- : Tidak ada endapan
+ : Ada endapan putih
Tabung 1 : albumin + HCl 0.1 M + etanol 95%
Tabung 2 : albumin + NaOH 0.1 M + etanol 95%
Tabung 3 : albumin + buffer asetat pH 4.7 + etanol 95%
Tabung 4 : albumin + etanol 95%
(
Tabung 1, Tabung 2, Tabung 3, Tabung 4 )
Tabel 5.1 Campuran
Larutan sebelum Penambahan Buffer Asetat
pH 4.7
Tabung
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
-
|
2
|
-
|
3
|
++
|
Keterangan :
- : Tidak ada endapan
++ : Banyak endapan putih
Tabung 1 : albumin + HCl 0.1M
Tabung 2 : albumin + NaOH 0.1M
Tabung 3 : albumin + buffer asetat pH
4.7
( Tabung 1, Tabung 2, Tabung 3)
Tabel 5.2 Denaturasi
Protein setelah Penambahan Buffer Asetat pH 4.7
Tabung
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
+
|
2
|
+
|
3
|
++
|
Keterangan :
- : Tidak ada endapan
+ : Ada endapan putih
++
: Banyak endapan putih
Tabung 1 : albumin + HCl 0.1M + buffer
asetat pH 4.7
Tabung 2 : albumin + NaOH 0.1M + buffer
asetat pH 4.7
Tabung 3 : albumin + buffer asetat pH
4.7
(
Tabung 1, Tabung 2, Tabung 3)
PEMBAHASAN
Prinsip
uji pengendapan protein dengan logam adalah pembentukan endapan akibat
penambahan logam berat Ag, Pb, dan Hg akan membentuk endapan logam proteinat.
Larutan AgNO3 5% memiliki endapan yang sangat banyak
daripada HgCl 2% dan Pb-asetat 5%. Hal itu menunjukan bahwa logam Ag, Pb, dan Hg
sangat reaktif sesuai dengan posisi unsur tersebut di table SPU, diantara ketiga larutan tersebut larutan AgNO3
yang paling reaktif karena logam Ag mempunyai electron valensi yang lebih
banyak hal ini dibuktikan dengan terbentuknya endapan yang paling banyak.
Prinsip uji pengendapan oleh garam adalah
terbentuknya endapan akibat kejenuhan larutan albumin akibat penambahan (NH4)2SO4
.. Endapan terjadi karena kemampuan ion garam
terhidrasi sehingga berkompetisi dengan protein untuk mengikat air. Pada
percobaan, endapan yang direaksikan dengan pereaksi millon memberikan warna
merah muda, dan filtrat yang direaksikan dengan biuret berwarna biru muda. Hal
ini berarti ada sebagian protein yang mengendap setelah ditambahkan garam.
Proses pengendapan oleh garam di atas disebut juga peristiwa “salting out”
merupakan peristiwa akibat adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, sehingga menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Kebalikan dari salting out adalah salting in yaitu adanya zat terlarut tertentu
yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar.
Prinsip
uji koagulasi adalah protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu 50oC
atau lebih. Koagulasi ini hanya terjadi bila larutan protein berada titik
isolistriknya (Poedjiadi, 1994). Protein yang digunakan merupakan
albumin atau putih telur. Pada uji ini, albumin ditambahkan dengan asam asetat
dan apabila dipanaskan maka akan terbentuk endapan. Endapan
albumin yang terjadi setelah penambahan asam asetat, bila direaksikan dengan
pereaksi millon memberikan hasil positif. Hal ini menunjukkan bahwa endapan
tersebut masih bersifat sebagai protein.
Prinsip uji pengendapan oleh
alkohol adalah pengendapan protein, protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organik akan
mengurangi konstanta dielektrika dari air, sehingga kelarutan protein
berkurang, dan juga karena alkohol akan berkompetisi dengan protein terhadap
air . Pada uji pengendapan protein oleh alkohol endapan yang
paling banyak dihasilkan oleh buffer asetat, buffer asetat menghasilkan endapan yang paling banyak
karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH isolistrik albumin (4,55-4,90). pH isolistrik merupakan
kondisi dimana muatan positif dan negatifnya sama banyak. Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi
dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Sebaliknya, dalam
larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau
bermuatan negatif. Pada pH isolistrik muatan gugus amino dan karboksil bebas
akan saling menetralkan sehingga molekul bermuatan nol (Winarno, 2002).
Prinsip uji denaturasi merupakan reaksi denaturasi albumin tanpa penambahan alkohol,
ternyata endapan yang paling
banyak dihasilkan oleh buffer asetat, diikuti oleh HCl dan NaOH pada
uji tersebut penambahan bufer
asetat bertujuan agar pH isolistrik tercapai, sehingga albumin dapat
terdenaturasi. Denturasi merupakan sebuah proses di mana protein atau asam
nukleat kehilangan struktur tersier dan struktur sekunder dengan penerapan
beberapa tekanan eksternal atau senyawa, seperti asam kuat atau basa, garam
anorganik terkonsentrasi, sebuah misalnya pelarut organik seperti alkohol atau
kloroform, atau panas.
Aplikasi
protein dalam bidang budidaya yaitu untuk pembuatan pakan dengan protein yang
tinggi, sebagai struktur pembentukan daging ikan yang dipelihara dalam jangka
waktu tertentu, untuk antibodi dan hormon juga terdiri dari protein dan salah
satu fungsi biologisnya yang paling penting adalah enzim yang mengkatalis
reaksi-reaksi yang ada dalam tubuh ikan agar cepat tumbuh besar dan lain
sebagainya.
SIMPULAN
Protein dan asam amino memberikan
reaksi yang bersifat khas, bukan hanya bagi gugus amino dan gugus karboksil
bebas, tetapi juga bagi gugus R yang terkandung di dalamnya. Protein dapat
bereaksi dengan pereaksi-pereaksi lain seperti juga asam amino yang menjadi
penyusunnya. Protein dapat mengendap atau terdenaturasi oleh logam berat,
garam-garam anorganik, rusaknya struktur tersier dan kwartener, serta karena
berada pada titik isolistriknya. Dalam suasana asam maupun
basa protein bermuatan negatif, sedangkan dalam buffer asetat pH 4.7 bermuatan
positif dan terbentuk endapan yang disebabkan oleh lingkungan pH nya sama paa
titik isolistriknya. Denaturasi protein dapat terjadi karena pemanasan dan penambahan
asam atau basa. Mekanisme penyakit dapat dijelaskan dengan pendekatan biokimia.
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy
Thenawidjaya.
Erlangga, Jakarta
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar
Biokimia. Jakarta: UI Press.
Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan
dan Gizi. Gramedia: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar