Laporan
Praktikum
Hari/Tanggal : Rabu/16 November 2011
Biokimia
Umum
Waktu
: 08.00 – 11.00 WIB
ENZIM
(Sifat
Fisik, Susunan, dan Pengaruh Suhu Enzim Pencernaan)
Kelompok
15
Dian Eka Ramadhani C14100003
DEPARTEMEN
BIOKIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Pendahuluan
Enzim adalah suatu biokatalisator,
yaitu suatu bahan yang berfungsi mempercepat reaksi kimia dalam tubuh makhluk
hidup tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi karena pada akhir reaksi
terbentuk kembali. Suatu reaksi kimia yang berlangsung dengan bantuan enzim
memerlukan energi yang lebih rendah. Jadi enzim juga berfungsi menurunkan energi
aktivasi. Menurut Mayrback (1952) dari jerman, enzim adalah senyawa
protein yang dapat mengatalisi reaksi-reaksi kimia dalam sel dan jaringan
makhluk hidup. Enzim berfungsi atau bertanggung jawab atas
seluruh fungsi makhluk hidup. Gerakan jari tangan, pernafasan, dan degup
jantung, semua aktifitas berkat kerja enzim. (Purchon,1997)
Enzim
(holoenzim) tersusun atas bagian protein dan bukan protein.
Bagian protein disebut apoenzim, dan bagian non protein
disebut kofaktor. Kofaktor dapat berupa ion logam (Cu, Mg, K,
Fe, Na), atau koenzim yang berupa bahan organik, misalkan
vitamin B (B1, B2). Enzim umumnya merupakan protein globular dan ukurannya
berkisar dari hanya 62 asam amino pada monomer 4-oksalokrotonat tautomerase
sampai dengan lebih dari 2.500 residu pada asam lemak sintase. Kebanyakan enzim
berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya sebagian kecil asam
amino enzim (sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung terlibat dalam
katalisis. Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam
amino yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan
dan sifat-sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat
berkumpul bersama dan membentuk kompleks protein. Kebanyakan enzim dapat
mengalami denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif)
oleh pemanasan ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim,
denaturasi dapat bersifat reversibel maupun ireversibel. (Boyer,2002)
Kerja
enzim sangat dipengaruhi oleh zat inhibitor, yaitu bahan yang menghambat kerja
enzim. Ada 2 jenis inhibitor, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor non
kompetitif. Inhibitor kompetitif bekerja dengan cara berikatan pada tempat
aktif enzim. Akibatnya substrat yang tidak bisa berikatan dengan enzim.
Sedangkan inhibitor non kompetitif tidak berikatan dengan tempat aktif, tetapi
menyebabkan perubahan pada tempat aktif. Ini pun berakibat substrat tidak bisa
berikatan dengan enzim. (Poompanvong,2003)
Tujuan Praktikum
Praktikum
ini bertujuan untuk menentukan sifat dan susunan air liur, dan menentukan sifat
dan susunan getah lambung.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kapas secukupnya, kertas
saring, gelas piala, gelas wool, urinometer, termometer tabung reaksi
dan rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet volumetrik 5 ml dan 10 ml, balp, labu
erlenmeyer, penangas es, dua buah penangas air (untuk suhu 37o dan
80oC), dan penjepit tabung.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum adalah air bersih (air kran), air
akuades, air liur praktikkan sebagai probandus, asam asetat encer, kertas
lakmus merah, pereaksi FF dan MO, pereaksi Biuret, perekasi Millon, pereaksi
Molisch, khlorida, endapan putih amorfous, larutan sulfat, fosfat, es batu,
larutan HNO3 10%, AgNO3 2%, HCl 10%, BaCl2,
CuSO4, urea, fosfomolibdat, larutan ferosulfat, larutan kanji
1%, pereaksi yodium, dan pereaksi Benedict.
Metode Praktikum
Praktikum
mengenai enzim terbagi menjadi dua yaitu sifat fisik dan susunan air liur,
serta pengaruh suhu pada aktivitas amilase air liur. Prinsip kerja pada sifat
fisik dan susunan air liur terdiri dari lima macam uji. Bahan yang dibutuhkan
adalah air liur. Air liur ditampung secukupnya dari probandus. Agar stimulir
air liur dari probandus banyak, mulut probandus diberi kertas saring yang
dicelupkan sedikit asam asetat encer lalu dikunyah-dikunyah di dalam mulut
probandus. Setelah air liur terkumpul dan ditampung ke dalam gelas piala, air
liur disaring dengan gelas wool. Air liur yang telah disaring kemudian
diukur bobot jenisnya dengan urinometer.
Uji
bobot jenis air liur. Air
liur secukupnya dimasukkan ke dalam gelas ukur. Masukkan urinometer untuk
mengetahui bobot jenisnya.
Uji
lakmus FF dan MO.
Sebanyak 2 ml air liur ditempatkan dalam tabung reaksi masing-masing. Pereaksi
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berisi air liur. Kemudian
diamati perubahan yang terjadi.
Uji
terhadap Biuret. 3
ml air liur dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 1 ml NaOH 10%, kemudian
kocok sebentar lalu ditambahkan 1 tetes CuSO4. Amati perubahan warna
yang terjadi. Hasil reaksi positif berupa larutan berwarna ungu.
Uji
Millon. Untuk uji
Millon, dilakukan penambahan 5 tetes peraksi Millon ke dalam 3 ml saliva (air
liur) kemudian dipanaskan selama 5 menit dan diamati perubahan warna dan
keberadaan endapan.
Uji
Mollisch. Pada uji
Mollisch dilakukan penambahan pereaksi Mollisch sebanyak 2 tetes ke dalam 5 ml
saliva, setelah dikocok sebentar kemudian ditambahkan 3 ml H2SO4
dengan cara dialirkan pelan-pelan dan pipetnya ditempelkan di dinding tabung,
kemudian diamati hingga terdapat lingkaran berwarna ungu diantara cairan.
Uji
klorida. Sebanyak
3 tetes larutan HNO3 10% ditambahkan ke dalam 2 ml saliva, kemudian
ditambahkan AgNO3 2% sampai terdapat endapan putih.
Uji
musin. Sebanyak
1 tetes CH3COOH ditambahkan ke dalam 2 ml saliva, kemudian diamati
hingga terdapat endapan putih. Uji yang kelima, yaitu uji sulfat dan fosfat.
Pada uji sulfat, 2 ml saliva ditambahkan larutan HCl 10% kemudian ditambahkan
BaCl2 hingga terdapat endapan putih. Pada uji fosfat 1 ml saliva
ditambahkan 1ml urea, kemudian ditambahkan 1 ml fosfomolibdat kemudian
ditambahkan 1 ml ferosulfat. Kemudian diamati perubahan warna yang terjadi
sampai terdapat endapat berwarna biru.
Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Amilase
Air Liur. Empat
tabung reaksi disiapkan dan masing-masing diisi 2 ml saliva dan 2 ml akuades
dan kocok dengan baik. Setelah itu tabung 1 diletakkan pada penangas es 10oC
selama 15 menit. Tabung 2 diletakkan di rak tabung reaksi pada suhu kamar
(sekitar 25oC) selama 15 menit. Tabung 3 diletakkan pada penangas
air yang bersuhu 37oC selama 15 menit dan tabung 4 diletakkan pada
penangas air bersuhu 80oC selama 15 menit.Setelah itu masing-masing
tabung reaksi diberi larutan kanji 1% sebanyak 2 ml dan dikocok dengan baik
lalu diletakkan kembali pada kondisi suhu masing-masing selama 10 menit.
Setelah 10 menit, masing-masing larutan di dalam tabung dibagi 2 bagian. Bagian
tabung yang pertama masing-masing tabung ditambahkan beberapa tetes pereaksi
yodium sedangkan bagian tabung yang lainnya masing-masing diberi 5 ml pereaksi Benedict
lalu keempat tabung tersebut dipanaskan selama 5 menit. Setelah 5 menit,
larutan dibiarkan sampai dingin dan diamati perubahan warna yang terjadi.
Hasil
dan Pembahasan
Tabel 1
Hasil uji sifat fisik dan susunan air liur
Parameter
|
Hasil
|
Bobot jenis
Lakmus
Fenolftalein
Metal orange
Uji biuret
Uji millon
Uji molisch
Uji musin
Uji klorida
Uji sulfat
Uji fosfat
|
1.0046 (g/ml)
Asam
Asam
Asam
+
+
+
+
+
+
+
|
Berikut
adalah perhitungan bobot jenis saliva :
T saliva
: 29oC
T alat :
27 oC
Pembacan
BJ pada temperature (1.000+0.004)g/ml = 1.004 g/ml
Faktor koreksi =
Jadi,
nilai BJ hasil pengamatan = 1.004
g/ml +
=
1.00466667 g/ml
Gambar
1. Fenolftalein Gambar 2.
Methyl Orange Gambar3. Uji Biuret
Gambar4.
Uji Millon Gambar 5. Uji
Molisch Gambar 6.
Uji Musin
Gambar
7. Uji Klorida Gambar 8. Uji
Sulfat Gambar 9. Uji Fosfat
Tabel 2
Pengaruh suhu pada aktivitas amylase air liur
Tabung ke-
|
Setelah perlakuan suhu + pati 1 %
|
Uji iod
|
Uji benedict
|
1.
10o C (es)
2.
Suhu kamar (25o C)
3.
37o C
4.
80o C
|
Bening
Bening
Bening
Bening
|
Kuning
Kuning
Kuning
Cokelat
|
Biru
Biru
Biru
Kuning-endapan hijau
|
Gambar
10. Tabung 1 Gambar 11.Tabung
1 Gambar
12.Tabung 2
uji
iod suhu 10o C uji benedict suhu 10oC
dan 25oC uji
iod suhu 25o C
Gambar14.Tabung 3 uji
iod suhu 37o C Gambar 15.Tabung 3 uji benedict
37o C
Gambar 16. Tabung 4
uji iod suhu 80o C Gambar
17.Tabung 4 uji benedict 80o C
Penentuan sifat asam
atau basa saliva ditentukan dengan cara pengujian indikator. Indikator yang
digunakan adalah Penolftalein dan Methyl Orange. PP merupakan pereaksi
yang tak berwarna pada pH asam, sedangkan MO merupakan pereaksi yang berwarna
orange pada pH asam. Fenolftalein (PP) memiliki rentang pH 8.0 – 9.3 dengan
perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah muda. Sementara itu, metil
orange (MO) memiliki rentang pH 3.1 – 4.4 dengan perubahan warna dari merah
menjadi kuning (Harjadi 1086). Air liur yang telah ditetesi pereaksi PP dan MO
masing-masing menghasilkan tak berwarna dan warna orange. Tidak berubahnya
warna pereaksi setelah dicampur air liur menunjukkan bahwa air liur memiliki pH
asam. Kisaran pH air liur antara 6.2 hingga 7.6 dengan rata-rata 6.7 (Girindra
1988).
Uji
Biuret dan Millon bertujuan untuk melihat ada tidaknya protein dalam saliva
yang diuji, uji Biuret memiliki hasil reaksi positif berupa larutan berwarna
ungu ketika ditambahkan CuSO4,
sedangkan uji Millon dinyatakan positif apabila terbentuk warna merah. Hasil
uji Biuret dan Millon, yang dilakukan oleh praktikan menunjukkan hasil positif
yang berarti bahwa sampel saliva yang diuji mengandung protein. Pereaksi
CuSO4 pada uji Biuret berfungsi untuk menyediakan ion Cu2+ yang akan
bereaksi dengan ikatan peptide dalam rantai polipeptida pada suasana basa,
hasilnya adalah kompleks warna ungu yang terbentuk (Jane 1993). Uji Molisch adalah uji
yang paling umum untuk menyatakan ada atau tidaknya karbohidrat karena
memberikan uji positif (cincin ungu) kepada semua karbohidrat yang lebih besar
daripada tetrosa. Berdasarkan Uji Molisch oleh praktikan terhadap saliva
menunjukkan reaksi yang positif, namun sebenarnya menurut Lehninger (1998) saliva
tidak mengandung karbohidrat. Karbohidrat
dalam air liur yang dihasilkan probandus disebabkan oleh masih adanya sisa-sisa makanan yang terkandung dalam
air liur.
Uji adanya garam anorganik dalam saliva ditunjukkan oleh uji
Musin, Klorida, uji Sulfat, dan uji Fosfat. Uji klorida, Uji
musin, uji klorida, uji sulfat, dan uji fosfat terhadap saliva juga menunjukkan
reaksi positif karena saliva mengandung musin dan garam-garam anorganik yang
ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Keberadaan fosfat dan sulfat di
dalam air liur tidak mutlak adanya. Hal tersebut bergantung pada makanan yang
kita konsumsi (Metjesh 1996) Prinsip uji Klorida adalah mencampurkan saliva
dengan AgNO3 dalam suasana asam sehingga terbentuk endapan putih. Endapan putih
pada hasil pencampuran uji Klorida merupakan AgCl yang mengendap. Praktikan
menggunakan HNO3 untuk membuat suasana menjadi asam. Hasil yang diamati
praktikan ini sudah sesuai dengan literatur yang dirujuk,
bahwa air liur mendapat sedikit sumbangan Cl yang berasal dari cairan gigi.
Ketika larutan uji dicampurkan dengan AgNO3 dalam suasana asam akan membentuk endapan putih atau AgCl
(Gilvery, Goldstein 1996). Reaksi ionic yang
terjadi dalam larutan uji adalah:
Uji
Yodium terhadap hasil percobaan pengaruh suhu aktivitas amilase air liur yang
dipanaskan pada suhu 80oC memberikan hasil yang positif, yaitu
larutan menjadi berwarna biru. Hal tersebut menunjukkan pati dihidrolisis oleh
amilase air liur. Campuran amilase air liur dan pati yang disimpan pada suhu 10oC,suhu
kamar,dan 37o C memberikan hasil yang negatif. Hal ini ditunjukkan
dengan warna biru larutan. Warna ini disebabkan oleh belum terhidrolisisnya
pati secara sempurna. Larutan iod berperan sebagai indikator hidrolisis.
Senyawa polisakarida akan memberikan warna yang spesifik dengannya, yaitu
berupa warna ungu kehitaman tetapi jika polisakarida tersebut dihidrolisis maka
warna yang ditimbulkan adalah warna kuning kecokelatan (Maryati 2000).
Sementara
hasil uji Benedict menunjukkan campuran yang disimpan pada suhu 80oC
menunjukkan reaksi negatif dengan ditandai adanya endapan berwarna hijau. Hal
ini menunjukkan bahwa enzim amilase tidak
bekerja pada suhu di atas 80oC. Pada suhu 37oC reaksi ini
menimbulkan warna biru pada larutan. Hal tersebut dikarenakan glukosa yang tidak
dihidrolisis dari pati akan berikatan dengan pereaksi benedict membentuk
kompleks berwarna merah bata (Poedjadi 1994). Berdasarkan hasil percobaan,
dapat diketahui bahwa suhu optimum aktivitas enzim amilase adalah 37oC.
Suhu optimum untuk aktivitas enzim amilase adalah 37oC (Ahmad 2000).
Namun dalam praktikum, ternyata hasil uji benedict untuk suhu 37o C
negative. Hal tersebut dikarenakan kesalahan dalam praktikum yang kenyataannya
ada praktikan lain mengambil tabung reaksi yang ada di penangas air, sehingga
sulit untuk diidentifikasi lebih lanjut. (Maryati 2000).
Simpulan
Saliva
mempunyai bobot jenis 1.0046 g/ml. Berdasarkan uji lakmus PP dan MO, saliva
memiliki pH asam. Saliva mengandung protein berdasarkan uji Biuret dan uji
Milon. Hasil positif pada uji Molisch disebabkan adanya sisa makanan pada air
liur probandus. Uji musin, klorida, sulfat, dan fosfat menunjukkan reaksi
yang positif. Berdasarkan percobaan enzim amilase bekerja optimum pada suhu di
bawah 80oC yaitu pada suhu 37oC dan pH 5. Padahal pH
optimum enzim amilase adalah 6.2 hingga 7.6. Hal ini dikarenakan ada
kesalahan pada saat praktikum berlangsung. Enzim amilase juga diketahui lebih
cepat menghidrolisis pati matang daripada pati mentah.
Daftar
Pustaka
Boyer,
Rodney .2002 . Concepts in Biochemistry (edisi ke-2nd).
New York, Chichester, Weinheim, Brisbane, Singapore, Toronto.: John Wiley &
Sons, Inc
Purchon,Nigel.
1997. Enzymes. http://www.purchon.com/biology/enzymes.htm [terhung berkala] 20 November 2011
Poompanvong,Rosukon.
2003. http://suprememastertv.com [terhung berkala] 20 November 2011
Matjesh, Sabirin. 1996. Kimia Organik II. Depdikbud; Jakarta.Maryati, Sri. 2000. Sistem Pencernaan Makanan. Erlangga: Jakarta.
Lehinger AL. 1998. Dasar-Dasar
Biokimia 1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:
Principles of Biochemistry.
Gilvery,
Goldstein. 1996. Biokimia Suatu
Pendekatan Fungsional. Edisi 3. Airlangga University Press: Surabaya.
Poedjaji. Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia:
Jakarta.Ahmad, Hiskia. 2000. Larutan Asam dan Basa. Ganessa Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar